Manusia dan Agama
MANUSIA DAN AGAMA
Manusia Dalam Al Quran
Ada 2 kata dalam Alquran yang berarti manusi, yaitu insan dan basyar.
Insan berasal dari kata uns yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Insan juga terambil dari kata nasiya yang berarti lupa, atau nâsa-yanûsu yang artinya berarti berguncang. Basyar berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah, dan lahir kata basyarah yang berartu kulit. Basyar juga diartikan dengan berkembang biak menunjukan bahwa manusia memikul tanggung jawab dalam kehidupannya.
Antropological constants yang merupakan dorongan-dorongan dan orientasi tetap manusia. Sekurang-kurangnya ada enam antropological constants yang bisa dilihat dari pengalaman sejarah umat manusia:
(a) relasi manusia dengan kejasmanian, alam, dan lingkungan ekologis;
(b) keterlibatan dengan sesama;
(c) keterikatan dengan struktur sosial dan institusional;
(d) ketergantungan masyarakat dan kebudayaan pada waktu dan tempat;
(e) hubungan timbal balik antara teori dan praksis; dan
(f) kesadaran religius. Keenam antropological constants ini merupakan satu sintesis dan masing-masing saling berpengaruh satu dengan lainnya.
Pandangan Tentang Agama
Agama
Menurut Harun Nasution, kata agama berasal dari kata A dan Gam. A diartikan tidak dan gam diartikan pergi. Gam berarti tuntunan. Inti agama adalah adanya seperangkat aturan. Oleh karena itu, setiap agama membawa ajaran-ajaran yang akan menjadi tuntunan hidup para pemeluknya (Nasution, 1979: 9; Shihab, 2001: 52).
Agama ditemukan dalam bahasa Jawa, yaitu kata ageman, ugeman, dan gaman. Pertama, kata ageman yang berarti pakaian memiliki fungsi untuk melindungi si pemakainya. Kedua, kata ugeman yang berarti pegangan atau kaidah hidup.Ketiga, kata gaman yang berarti alat. Gaman bisa meliputi berbagai jenis. Akan tetapi dapat ditegaskan di sini, fungsi dari gaman adalah bisa sebagai alat perlindungan atau alat untuk mencari nafkah.
Religion
Kata religion (bahasa Inggris) dan religie (bahasa Belanda) berasal dari bahasa Latin. Ada dua kata yang menjadi akar dari kata religion, yaitu religere dan religare, religere menurut Cicero berarti to treat carefully (melakukan perbuatan dengan penuh kehati-hatian), dan diartikan juga dengan melakukan sesuatu perbutan dengan penuh penderitaan atau mati-matian.
Religion berasal dari bahasa Latin religare. Kata religare menurut Lactantius berarti to bind together (mengikat menjadi satu atau perikatan bersama). Ikatan di sini bisa berarti komunal, yaitu bahwa agama merupakan ikatan kependetaan atau ikatan orang-orang suci yang bebas dari dosa atau berusaha untuk membebaskan diri dari dosa.
Al- Din
Kata Din yang merupakan kumpulan huruf dal, ya, dan nun dalam bahasa Arab mempunyai banyak arti. Din dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Sementara itu dalam bahasa Arab kata din mengandung arti: menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan. Secara keseluruhan din berarti peraturan-peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi.
Pertama, kata kerja dana yang ditarik dari kata din berarti keadaan berhutang. Kedua, din berarti kepatuhan dan ketundukan. Ketundukan ini merupakan akibat dari konsep keberhutangan. Ketiga, din berarti kecenderungan alamiah. Kecenderungan alamiah di dalam diri manusia untuk mengabdi dan menyembah Allah dikatakan sebagai din, karena konotasinya sebagai sebuah tata-perilaku yang dilakukan manusia. Keempat, din bermakna kekuasaan yang bijaksana. Seperti disebutkan di atas manusia dalam keadaan berhutang kepada Allah. Artinya manusia milik Allah dan eksistensinya hanya dipinjamkan kepadanya untuk sementara waktu.
Teori Asal Usul Agama
Ada 2 cara pandang mengenai keberagaman manusia yaitu :
Pihak mengatakan bahwa agama merupakan keinginan Tuhan untuk menyelamatkan kehidupan manusia. Pihak lain mengatakan agama merupakan cara manusia untuk mencari keselamatan dengan menyandarkan kehidupannya kehendak Tuhan.
Adanya pendapat yang menyatakan yang melahirkan agama adalah karena rasa takut yang menyertai hidup manusia.
Menurut Sigmund Freud (1856-1939), benih munculnya agama berawal dari Oedius komleks ketika seorang anak membunuh ayahnya karena merasa menjadi penghalang bagi tujuannya. Setelah itu merasa menyesal sehingga melahirkan penyembahan terhadap berhala.
Ilmuwan Islam berpendapat benih agama ketika Adam dalam perjalanan di bumi, manusia pertama diperintahkan oleh Allah untuk turun ke bumi, dan diberi pesan agar mengikuti petunjuk-Nya (Q.S, Al-Baqarah, 2:23).
Menurut Edward B. Tylor (1832-1917) dikemukakan mengenai asal usul agama oleh Koentjaraningrat disebut dengan ‘Teori Jiwa’ menurut Tylor mulanya adanya kesadaran manusia akan paham jiwa karena adanya 2 hal yaitu perbedaan yang nampak antara hal-hal yang hidup dan mati dan peristiwa mimpi. Tylor juga mengemukakan teori evolusi.
Agama (animisme) agama tertua. Tingkat ini tahapaan animistik.
Tahapan politeistik kepercayaan terhadap dewa.
Monoteisme kepercayaan terhadap dewa tertinggi keyakinan kepada satu Tuhan.
J.G. Frazer (1854-1941) dengan Teori Batas Akal yaitu manusia memecahkan masalah dengan magis atau ilmu gaib tetai hal itu gagal. Mulailah manusia yakin bahwa alam ini dihuni kekuatan lain yakni Tuhan. Dan manusia mencari hubungan dengan kekuatan itu timbullah agama.
M. Crawley mengemukakan dengan Teori Masa Krisis Dalam Hidup Individu. Manusia akan mengalami masa krisis untuk bisa melewati masa itu disertai dengan upacara keagamaan. A. Van Gennep menulis buku yang berjudul Rites de Passages (1909). Upacara ini menurut Craweley merupakan pangkal dari agama.
R.R. Marret (1866-1940) dan R.H. Codrington. Teori Marret disebut Teori Kekuatan Luar Biasa, dalam bukunya yang berjudul The Threshold of Religion dikatakan bahwa pangkal segala kelakuan keagamaan adalah perasaan rendah terhadap gejala dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari menyimpang. Sedangkan R.H. Codrington dalam bukunya The Melanesians (1891) menulis keyakinan orang Melanesia tentang suatu kekuatan gaib yang disebut mana. Mana adalah suatu daya atau kekuatan adikodrati. Daya ini menjadikan orang terhormat, ditakuti. Orang yang memiliki mana itu orang yang berkuasan dan mampu memimpin orang lain. Menurut Marret asal-usul agama berpangkal dari emosi atau getaran jiwa. Kekuatan alamiah ini disebut supernatural. Marret mengnganggap kepercayaan tertua yang diuraikannya itu disebut dengan praanisme lebih tua dari animisme.
Emile Durkheim (1858) dikenal dengan Teori Sentimen Kemasyarakatan. Agama berasal dari getaran jiwa yang timbul karena pengaruh sentimen kemasyarakatan yang membutuhkan objek tujuan. Objek emosi yang memiliki sifat keramat yang menjadi lambang masyarakat. Totem adalah benda keramat, konstruksi dari totem melahirkan upacara, kepercayaan, dan mitologi. Agama menurutnya disebut totemistik.
Andrew Lang (1844-1912) disebut Teori Firman Tuhan, dalam bukunya The Making Religion mengenai folklore dan mitologi suku-suku bangsa di berbagai daerah. Keyakinan terhadap dewa tertinggi dalam agama rimitif yang masih berburu dan meramu.
Unsur – unsur Pokok Agama
Secara umum Joachim Wach mengemukakan adanya tiga unsur pokok ungkapan pengalaman keagamaan dalam bentuk pemikiran, tindakan, dan persekutuan.
Ungkapan pengalaman keagamaan dalam bentuk pemikiran yang paling penting terdapat dalam mite. Doktrin keagamaan merupakan penjelasan sistematis tentang keyakinan dan norma keagamaan.
Ungkapan pengalaman keagamaan yang bercorak tindakan atau praktik terlihat dalam bentuk ritual atau peribadatan.
Versi lain mengenai unsur-unsur pokok agama meliuti beberapa asek sebagai berikut.
Emosi keagamaan
Suatu getaran jiwa yang muncul dalam diri seseorang sebagai respon terhadap kehadiran sesuatu yang luar biasa dalam dirinya.
Sistem keyakinan
Sistem keyakinan dalam suatu agama terwujud dalam pikiran dan gagasan manusia, yang menyangkut keyakinan dan konsepsi manusia tentang Tuhan, sifat Tuhan, wujud alam gaib, terjadinya alam dan dunis, tentang akhirat, tentang ruh dan makhluk gaib lain. Sistem nilai dan sistem norma yang mengatur tingkah laku manusia.
Sistem ritus dan upacara keagamaan
Terwujud dalam aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan engabdian dan kebaktiannya keada Tuhan dan dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan-Nya.
Peralatan dan temat pelaksanaan ritual
Biasanya dipergunakan macam-macam saran dan peralatan, seerti temat untuk melaksanakan upacara dan peralatan.
Kelomok pemeluk
Biasanya disebut dengan umat.
Klasifikasi Agama
Dikemukakan disini model klasifikasi Al-Masdoosi, dalam bukunya Living Religion of the Word al-Masdoosi mengklarifikasikan agama ke dalam :
Revealed and non-revealde religion
Agama yang mengkhendaki iman kepada Tuhan, rasul, kitab serta pesan untuk disebarkan.non-revealed adalah agama yang tidak memandang esensial penyerahan manuasia kepada tata aturan illahi.
Ciri-ciri agama wahyu :
secara pasti ditentukan lahirnya, bukan tumbuh dari masyarakat tetai untuk masyarakat.
Disampaikan kepada manusia yang dipilih Allah sebagai utusan.
Kitab suci bersih dari campur tangan manusia.
Ajaran tetap walaupun tafsiran berubah.
Konsep ketuhanannya adalah monoteisme mutlak
Kebenarannya universal
Ciri-ciri agama non wahyu :
Tumbuh secara kumulatif.
Tidak disampaikan oleh utusan Allah
Umumnya tidak memiliki kitab suci, kalaupun ada mengalami perubahan.
Ajarannya berubah.
Konsep ketuhannya adalah dinamisme,animisme, politeisme dan paling tinggi monoteisme ninsbi
Keberannya tidak universal
Missionary and nonmissionary religion
Dilihat dari segi missi, agama ada agama missionary adalah agama dengan dakwah dan non-missionary agama tanpa dakwah.thomas W. Arnold memasukan buddhisme, kristen,islam ada golongan missionary. Sedangkan yudaisme, brahmanisme,zoroasterianisme dimasukkan pada nonmissionary.
Geoghrahical-racial religion
Agama di dunia dapat dibagi menjadi :
Ras semit : yahudi, nasrani dan islam, agama ini lahir dan berkembang di Timur Tengah.
Ras arya : hinduisme, jainisme, sikhisme, zoroaster, lahir dan berkembang di Asia Selatan dan Tengah.
Ras mongolian : confusianisme, taoisme, sintoisme, agama ini lahir dan berkembang di Asia Timur dan Tenggara. Agama budha gabungan dari ras arya dan mongolian.
Agama yang dikelompokkan oleh Mc Gee ke dalam agama etika (etchical religion). Agama nenek moyang ancestral religion) dan agama primitif. Satu model lain oleh Muhammad Fazi-ur-Rahman dari bukunya Konsepsi Masyarakat Islam Modern, membuat klasifikasi agama dari yang terendah ke yang tertinggi.
Agama yang tidak diwahyukan dengan tingkat yang vulgar atau primitif.
Agama yang tidak diwahyukan dengan tingkatan yang beradab.
Agama yang diwahyukan tetapi palsu atau tidak outentik.
Agama yang diwahyuakan dan ada dalam bentuk yang murni dan otentik.
Agama Sebagai Fitrah Manusia
Keberadaan manusia dan agama dua realitas yang tidak terpisahkan satu sama lain. Agama merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Dorongan dalam diri manusia untuk beragama dan bertuhan merupakan naluri atau pembawaan alamiah. Menurut Quraish Shihab keberagamaan adalah fitrah, yaitu sesuatu yang melekat pada diri manusia dan terbawa sejak kelahirannya (Shihab,2013:375). Ia mengutip ayat Al Qur’an Surat Al Rum 30:30, “Fitrah Allah yang menciptakan manusia atas fitrah itu”. Dengan demikian, manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama. Tuhan menciptakan demikian, karena agama merupakan kebutuhan hidupnya.
Menunjuk akan adanya relasi yang demikian kuat antara manusia dengan agama menyebabkan manusia disebut sebagai Homo Religius. Menurut M ircea Eliade, Homo Religius adalah tipe manusia yang hidup dalam suatu alam yang sacral, penuh dengan nilai nilai keagaamaan dan dapat menikmati sakralitas yang ada dan tampak pada alam semesta.
Peran dan Fungsi Agama
Agama secara keseluruhan adalah serangkaian atau seperangkat aturan atau ketentuan, dan kaidah kaidah kehidupan yang harus dipegangi dan dijadikan rujukan atau petunjuk oleh setiap pemeluk dan penganutnya dalam menjalankan seluruh aktivitas kehidupannya. Dengan kata lain, Agama berperan sebagai petunjuk atau hudan bagi manusia, sehingga ia tidak tersesatuntuk menuju atau mencapai tujuan yang hakiki dari kehidupan yang sedang ia jalani.
Secara psikologis dan sosiologis, fungsi memberikan cakrawala pandang yang lebih luas tentang Tuhan dan “dunia lain” yang tidak dapat terjangkau secara empiric. Fungsi psikologis dan social yang diperankan oleh agama sangat mendasar. Menurut Robert K. Merton agama memiliki dua fungsi, yaitu fungsi manifest (Manifest function) yang disadari dan disengaja dan fungsi laten (Laten Function), tersembunyi, tidak disadari,dan tidak disengaja. Lain halnya Menurut F. O’Dea menyebutkan enam fungsi agama sebagai berikut.
Agama menjadikan dukungan moral dan sarana emosional, pelipur lara, dan rekonsiliasi disaat manusia menghadapi ketidakpastian dan frustasi.
Agama menyajikan sarana hubungan transcendental melalui amal ibadah, yang menimbulkan rasa damai dan identitas baru yang menyegarkan.
Agama mengesahkan, memperkuat, memberi legitimasi, dan mensucikan nilai dan norma masyarakat yang telah mapan,dan membatu mengendalikan ketentraman, ketertiban, dan stabilitas masyarakat.
Agama memberikan standar nilai untuk mengkaji ulang nilai niladan normanorma yang telah mapan.
Agama memberikan fungsi identitas diri.
Agama memberikan status baru dalam pertumbuhan dan siklus perkembangan individual melalui berbagai krisis rites (Djamari,1988:81).
Dari uraian diatas, sedikitnya ada dua hal yang pokok. Pertama agama merupakan suatu cakrawala tentang dunia yang tidak bisa dijangkau (beyond), dalam arti deprivasi (rasa kehilangan diri) dan frustasi dapat dialami sebagai sesuatu yang memiliki makna. Kedua, agama merupakan sarana yang memungkinkan hubungan anatara manusia dan Tuhan, yang memberikan jaminan dan keselamatan.
Sumber :
http://library.uny.ac.id/sirkulasi/index.php?p=show_detail&id=55773&keywords=Dinul+islam
Comments
Post a Comment